Kinanti dan 5 Tangkai Edelweis

Semua telah berakhir. Semua kebersamaanku dengannya telah usai. Canda tawanya, senyum manisnya, omelannya, dan rambut panjangnya yang selalu menerpa wajahku ketika tertiup angin, kini sirna tak bisa kulihat lagi. 

Entahlah aku harus berterima kasih pada Tuhan atau justru berteriak Tuhan tidak adil. Apa begini cara Tuhan menyayangiku? 

Aku menyesal tidak berada di sampingnya saat dia menghembuskan nafas terakhir dan satu yang sangat aku sesali, aku belum bisa memberi apa yang dia mau. Tempo hari dia, Kinanti, meminta sesuatu dariku.

"Rian, aku pengen banget kalo kamu pulang mendaki gunung, kamu bawain 5 tangkai edelweis buat aku."
"Kalo aku nggak bisa?"
"Kamu harus bisa soalnya aku mau pergi." 

Dan ternyata maksud

nya adalah pergi selamanya dari dunia ini meninggalkanku sendiri. Kinanti, kekasihku, telah lama menderita Leukimia yang membuatnya lemah dan menderita. Seharusnya aku bersyukur karna dia tak merasakan sakit lagi. Tapi kini aku benar-benar hidup sendiri tanpa siapapun. Tuhan telah mengambil semua orang yang kusayang. Aku sangat menyayanginya tapi ternyata Tuhan jauh lebih menyayangi dia.

Kini genap satu tahun kepergiaannya. Sampai saat ini aku belum menemukan penggantinya. Sampai saat ini pun aku masih setia mengunjungi Kinanti di rumah abadinya. Tak lupa sepulang mendaki gunung aku selalu membawakan Kinanti bunga Edelweis seperti saat ini

Kinanti, pujaanku yang selalu di hati..tenanglah kau dalam keabadian. Namamu akan selalu ada dalam hatiku sampai kapanpun. Namamu abadi, seperti bunga keabadian ini. 5 tangkai Edelweis seperti yang kau mau kukirimkan untuk menemani tidurmu ...

Posting Komentar

0 Komentar